16.6.08

KISAH PAK ZERO DAN PAK TEKUN

Adasebuah kisah kisah menarik yang diceritakan Tung DW (2005) tentang dua tamannya yang bernama Pak Zero dan Pak Tekun. Kisah ini mengilustrasikan antara seorang yang berhasil membangun ‘mesin uang’ atau dalam bahasa Tung DW ‘peternakan uang’ dan seorang yang gagal hidupnya karena tidak membangunnya.


Pak Zero mulai berkarier dengan posisi yang lebih tinggi, yaitu sebagai supervisor, dan langsung mencicil sepeda motor. Dalam waktu satu tahun Pak Zero sudah menjadi wakil pemimpin di sebuah cabang di Sumatera, dan langsung mencicil sebuah mobil mewah. Setelah berkarier ama, akhirnya ia menjadi pemimpin di sebuah cabang utama di Jawa. Pak Zero selalu berganti­ganti mobil dan mencicil mobil baru setiap 3 tahun (dengan mobil ama sebagai uang muka). Dia juga sudah berganti rumah 6 kali, dan sudah berkali-kali ke luar negeri. Ketika pensiun di tahun 2004, Pak Zero menerima uang pensiun yang seketika habis untuk membiayai pengobatan sakitnya.


Kemudian Pak Zero menjual rumahnya untuk memulai suatu usaha. Karena tidak mempunyai pengalaman di bidang usaha tersebut, Pak Zero tertipu dan bangkrut. Sekarang Pak Zero tinggal di rumah kontrakkan, dan hanya mempunyai sedikit sisa uang yang sudah pasti tidak akan cukup untuk membiayai 4 orang anaknya, dimana anak yang paling besar masih kuliah, yang kedua dan ketiga masih SMA, dan yang paling kecil masih SMP. Sedangkan Pak Tekun mulai karier dan level yang paling bawah dengan gaji Hp 20.000,-. Dan pendapatannya itu ia mulai menabung Hp 2000,-. Ketika


di tahun berikutnya mendapatkan kenarkkan gaji menjadi Rp 30.000,- dia menabung Rp 3000,- Ketika mempunyai gaji Rp 50.000,- Pak Tekun menabung Rp 20.000 per bulan (40%). Setelah genap 5 tahun menabung dan tidak pernah mengambil baik pokok maupun bunganya, Pak Tekun mampu menyicil rumah BTN hanya dengan bunga dan tabungannya itu.


Setelah menikah, Pak Tekun bahkan menabung Iebih banyak lagi karena istrinya juga bekerja dan setrap penghasilannya bertambah besar, jumlah uang yang disisihkan untuk ditabung juga bertambah besar. Ketika diangkat menjadi wakil pemimpin cabang di tahun 1994, Pak Tekun tetap saja memakar mobil Iamanya Daihatsu Zebra tahun 1980-an. Ketika terjadi krisis ekonomi di tahun 1998 banyak pimpinan bank menjadi resah karena bank mereka diambil alih oleh pemerintah, di mana hanya ada 2 alternatif yang buruk yaitu bank ditutup atau akan tetap buka dengan kemungkinan pimpinan bank akan diganti oleh orang yang menjadi pilihan pemerintah. Pada saat itu Pak Tekun tetap tenang dan mengatakan “Diganti juga tidak apa-apa, saya jadi pemimpin bank kan cuma hobi. Pekerjaan saya sesungguhnya kan sebagai peternak.”


Ketika teman-temannya bertanya “Lho... Pak Tekun sekarang sudah mempunyai peternakan apa? Kok saya tidak pernah tahu.”


Jawab Pak Tekun: “Iya, saya    mi peternak uang. Lha gimana, uang hasil deposito saya jauh Iebih besar daripada gaji saya!”


Ketika harga-harga mobil mulai naik, tetapi bunga deposito juga naik, Pak Tekun pernah bercerita, “Saya hitung-hitung, dulu kalau saya mau beli mobil harus nunggu ternak duit saya 7 bulan, tapi sekarang walaupun harga mobil naik saya cukup menunggu ternak duit saya selama 2 bulan.”


Waktu naik pangkat lagi di tahun 1999, Pak Tekun tetap tidak ganti mobil. Ketika pensiun di tahun 2004, Pak Tekun masih tinggal di BTN yang sama, tetapi kini rumahnya sudah jadi 4 kavling dan dibangun 2 lantai. Dia mempunyai uang lebih dan cukup dari peternakan duitnya atau ‘mesin uangnya’ untuk membiayai 2 anaknya yang masib kuliab dan membiayai gaya hidup keluarganya, tanpa harus bekerja lagi.


Tidak ada komentar:

Bangkitkan Semangat